Hidupku ini bukan hidup yang biasa-biasa saja, Cup. Aku anak perempuan dari sepasang suami-istri yang bisa punya segalanya di dunia kalau mereka mau, anak perempuan yang lahir di kasur uang dan tumbuh besar makan-minum uang. Ketika aku dewasa, petualanganku pun uang. Balap liar, judi, satu-satu kumenangkan dan uang mereka jatuh semua ke kantungku.
Ketika kamu datang dan menantangku di atas deret-deretan kartu, aku tahu kamu bawa petualangan di tanganmu untuk kamu tawarkan padaku. Aku cuma mengulur waktu ketika aku berhasil menebak taktik dan strategimu hingga kau dikata-katai “gila”, “sinting” karena berani menantangku, seakan-akan kamu tak tahu aku siapa. Pada akhirnya aku menyerah pada tawaranmu dan membiarkan kamu menang. Kamu dan teman-temanmu butuh safety net — kamu memilih aku. Aku, uangku, tangan kanan-kiri orang tuaku, segalanya yang bisa didapatkan keluargaku dalam kedip mata sekali waktu.
Hidupmu dan teman-temanmu cuma perkara strategi, strategi, dan strategi. Di dekat terowongan malam itu, kita pun bicara strategi. Kamu dan teman-temanmu mengejar uang dan aku cuma mau bertualang. Kita tidak cari cinta, kan, Cup? Tapi kalau merasakan wajahmu cuma berjarak sejengkal dari wajahku dan membiarkan aku menangkap berkas-berkas cahaya lampu jatuh di bola matamu cukup untuk membuat kita bergenggaman tangan di perjalanan pulang — genggaman tangan yang harus kulepas karena aku harus turun — aku bisa apa rupanya?
Punyakah kita waktu untuk jatuh cinta ketika yang kita bicarakan di sini adalah uang, aset, kejar-kejaran polisi, penjara? Punyakah kita waktu untuk mengatur strategi yang di dalamnya hanya ada kita berdua?
Polisi tahu aku sekarang, Fella. Nama dan wajahku ada di daftar teratas orang yang mereka cari-cari. Sedikit lagi mereka akan tahu kalau meretas jaringan dan basis data manapun adalah pekerjaan mudah buatku.
Obrolan kita di dekat terowongan malam itu diam-diam kujadikan janji. Genggaman tangan sampai kamu turun di depan rumahmu itu adalah persetujuan pertama kalau kamu mau membuat strategi bersamaku. Berdua saja. Piko, Sarah, Gofar, dan Tuktuk tidak perlu tahu. Biar Piko dan Sarah dengan cinta mereka sendiri dan Gofar bersama Tuktuk kembali bicara soal bengkel. Kamu dan aku, kita berangkat dari sepotong montase di sudut malam dekat terowongan.
Kita dijanjikan beratus-ratus miliar. Aku tidak tahu harus seberapa jauh kita berdiri di tali meregang keselamatan sebelum Dini menepati janji itu. Aku bisa dipenjara kapan saja. Kamu dan yang lain bisa berakhir di ruang interogasi meski aku yakin kalian akan bisu dan membiarkan ruang itu tetap senyap, seperti Tuktuk dan situasi yang menempatkannya di antara polisi-polisi naif itu. Mungkin kita bisa lolos dengan tipu-tipuan lain yang di dalamnya melibatkan uang — keahlianmu.
Obrolan dekat terowongan malam itu buatku masih janji, Fel, tapi aku dikejar polisi dan bukankah ketahuan adalah takdir seorang pencuri?
Jangan sampai tertangkap, ya, Cup. Semoga aku temukan kamu di pintu markas kita lagi nanti, atau di mana saja asal kamu kembali. Pulang, genggam tanganku lagi untuk waktu yang lebih lama.
“Kita tidak cari cinta, kan, Fel?”
“Aku cari petualangan, Cup, dan di dalam petualangan ini ada kamu juga. Pernah dengar, kan, kalau cinta juga petualangan?”