gadis-gadis sepertiku tahu sedu-sedannya dunia. kami ingin lari — dan jatuh cinta, pada apapun dan siapapun, kadang-kadang mirip seperti menemukan tempat bernaung. kami sejatinya adalah sekumpulan pengungsi yang belum mau menyerah mencari-cari sudut dunia dan kehidupan yang baik hati, yang masih punya cukup ruang untuk segala kasih sayang, yang masih mau mendengar segala cerita jatuh dan patah.
gadis-gadis sepertiku — yang membaca puisi seperti menelan roti lapis untuk sarapan, yang meniti larik-larik sajak seperti menenggak air, yang menulis seperti mereguk udara untuk hidup — akan selalu ingin jatuh cinta.
seperti aku yang terlalu banyak baca buku dan menghabiskan berjam-jam menyaksikan kisah cinta fiksional diputar berulang-ulang di layar, seperti gadis-gadis lain yang mungkin lebih memilih pulang pada pekarangan penyair ketimbang tempat lain, seperti gadis-gadis yang melihat sepasang-sepasang orang jatuh cinta dan hidup bahagia sampai akhir masa di televisi dan halaman-halaman buku dan iklan yang cuma tayang dua puluh detik dan dan dan di mana saja.
ada banyak cinta. ada banyak kasih sayang yang tak tahu harus lari ke mana. banyak sekali.
